Kamis, 09 November 2017

Sejarah Singkat Hari Kartini

Sejarah Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April 2017

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Sejarah Singkat Hari Kartini" penasaran, yuk kita baca !

21 april sehingga dengan itu Indonesia yang telah memperingati jasa pahlawan pada tanggal tersebut. Barikut adalah sejarah singkat Hari Kartini yang hingga kini dikenang bangsa Indonesia.

Sejarah Singkat Hari Kartini
Keluarga Besar RA Kartini

Raden Adjeng Kartini adalah anak dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibunya M.A Ngasirah yang memiliki kelahiran di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879. Atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Hidup dari kaum bangsawan membuatnya dapat menempuh pendidik yang lebih tinggi daripada temanya dari kaum biasa.

Pada umur 21 Kartini yang harus berhenti menempuh pendidikan karena berbenturan dengan norma yang berlaku saat itu. sehingga dia harus menjalani tradisi di pingit atau larang untuk keluar rumah dari gadis. Namun semangat belajar kartini tidak surut, melalu beberapa surat yang telah ditulisnya, dia telah bertanya dan menghubungi para sahabatnya  yang kebanyakan berasal dari Belanda untuk dapat saling bertukar ilmu.

Hingga akhirnya, Kartini yang telah disunting oleh KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang menjabat sebagai Bupati Rembang. Dan suaminya juga telah mendukung keinginan dari Kartini untuk mendirikan sekolah khusus kepada wanita.

Namun, kehendak berkata lain, kalau Kartini telah meninggal dunia setelah beberapa hari melahirkan anak pertama dan terakhirnya yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904 di Rembang, Hindia Belanda. Pada saat itu usianya yang masih 25 tahun.

Untuk mengenang jasa dari R.A Kartini ini, hingga saat ini Indonesia telah memperingati Hari Kartini hingga sekarang ini. Ada kata mutiara yang hingga sekarang terkenal dari pehlawan wanita ini, yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Namun ada beberapa kata-kata bijak lainnya yang telah dibuat oleh R.A Kartini yang dapat dijadikan untuk motivasi dalam menjalani hidup. Dalam tulisan kata-kata bijaknya juga telah memiliki visi khusus salah satunya adalah dalam membela Bangsa Indonesia.

Berikut adalah kata-kata dari Raden Adjeng Kartini :

"Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai"

"Jangan mengeluhkan hal – hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang"

"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya"

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri"

"Saat membicarakan orang lain Anda boleh saja menambahkan bumbu, tapi pastikan bumbu yg baik"

"Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia"

"Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain"

Tujuan dari kata-kata bijak tersebut adalah untuk mengajak rakyat memajukan Indonesi dan tidak mengenal lelah dalam hal mengejar mimpi. Selain itu, dalam peringatan Hari Kartini ini, jasa beliau untuk mengangkat derjay kaum perempuan juga sangat besar.

Dalam peringatan Hari Kartini ini. adalah untuk mengenang jasa dari R.A Kartini yang cukup besar kepada Indonesia dan memajukan emansipasi wanita pada saat itu dengan menyetarakan dengan kaum pria.

Sejarah Singkat Hari Kartini
RA Karniti & Suami

Pemikiran Raden Adjeng Kartini

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.

Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.

Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.

Mungkin hanya itu sekilas tentang Raden Adjeng Kartini, kami selaku admin mengucapkan Selamat Hari Kartini 21 April 2017, stop meremehkan perempuan karena indonesia tidak akan maju tanpa perempuan..

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

*NB (Sumber: Wikipedia)

0 Comments